Oleh: Sa’diyah Nuraini, S.Pd., M.Pd.
Realitas yang mengkhawatirkan di dunia pendidikan kita. Banyak dari kami merasa kewalahan menghadapi siswa dengan motivasi rendah & karakter yang memprihatinkan. Di tengah situasi ini, tugas mengajar sering kali berubah menjadi rutinitas untuk menggugurkan kewajiban: datang, “mulang”, pulang. Ide² segar dalam pembelajaran jarang muncul, dan jika pun ada, energi untuk membagikannya kepada rekan sejawat terasa hilang. Guru yg memiliki inovasi sering kali berjalan sendirian, tanpa dukungan kolektif yg konsisten.
Yang lebih menyedihkan, meskipun ada program-program sekolah yg dirancang untuk perbaikan, hanya segelintir guru yg konsisten & memiliki ketahanan untuk menjalankannya. Bahkan, guru yg dianggap memiliki kemampuan luar biasa, dengan penghargaan dan pengakuan, belum tentu mau mengambil peran sebagai motor penggerak perubahan. Diskusi tentang masalah pembelajaran jarang dilakukan, apalagi membangun komunitas untuk berdampak lebih luas. Alasan sibuk dan tidak ada waktu terus menjadi penghalang untuk berkomitmen lebih dari sekadar memenuhi kewajiban. Pun banyak saudara kita yang sibuk dengan pencapaian² pribadinya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan:
Apa yg sebenarnya terjadi pada dunia pendidikan kita?
Apakah sistem kita yg salah, atau ada hal mendasar yg terlupakan dan dilupakan?
Dalam refleksi ini, ada beberapa hal yg mungkin bisa menjadi renungan. Pertama, kita perlu kembali pada esensi pendidikan: mendidik, bukan sekadar mengajar. Tugas guru tidak hanya mengisi kepala siswa dengan ilmu, tetapi juga membentuk karakter, menginspirasi, dan membangkitkan potensi mereka. Namun, hal ini tidak bisa dilakukan jika guru sendiri tidak terinspirasi, tidak bersemangat, dan kehilangan rasa panggilan jiwa untuk mendidik.
Kedua, masalah yang kita hadapi tidak bisa diselesaikan sendiri². Budaya komunitas dan kolaborasi yang kuat harus dibangun. Tidak ada perubahan besar yg lahir dari usaha individu, tetapi dari kekuatan bersama. Kita perlu menghidupkan kembali semangat untuk saling berbagi, berdialog (ngobrol), dan mencari solusi bersama. Sekolah bukan hanya tempat bekerja, tetapi arena untuk membangun masa depan bangsa.
Terakhir, mungkin kita perlu mengingatkan diri kita bahwa pendidikan adalah sebuah panggilan, bukan pekerjaan biasa. Ini adalah medan perjuangan untuk menciptakan generasi yg lebih baik. Kita mungkin lelah, sibuk, dan terbebani, tetapi semangat untuk menginspirasi tidak boleh padam. Setiap ide, inovasi, dan waktu yg kita luangkan untuk orang lain, sejatinya adalah investasi untuk masa depan, bahkan akhirat.
Jika saat ini energi kita terasa habis, mungkin yg perlu kita tanyakan bukan “apa yang salah?” tetapi “bagaimana kita bisa memulai lagi?”
Yukk teman² kembali temukan diri kita, sejatinya kita menjadi pendidik ini untuk apa?